Bingkisan ini dibuat sebagai bagian dari harapan indah yang kubangun dimana aku berusaha menjadikan AllohSWT selalu menjadi penuntunku, meskipun terkadang bisikan hawa nafsu teruz membayangi. Dan berusaha menjadikan setiap nafas ini syar'i, dimana ridlo Alloh SWT diatas segala-galanya. Semoga semua harapan ini mendapat balasan (keridloan) yang lebih baik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah harapan bagi seorang gadis yang mendambakan menjadi bidadari di bumi dan di surga, dan berusaha menjadikan dirinya bergelar Sholiha. Amin

Air Mata Alistya

Hujan rintik-rintik mengiringi kepergian Tya ke pasar, rencanya Tya akan menjual kalung yang baru ia beli 2 bulan yang lalu. Pagi tadi ia telah berjanji kepada abinya untuk membelikan sebuah Al Qur’an lengkap dengan tajwid, makna dan arti per kata. Tya menyadari Al Qur’an yang yang dimaksud sangat mahal, menurut dia. Maklum dia bekerja hanya sebagai penjaga warnet, yang penghasilanya alhamdulillah pas-pasan untuk memenuhi kehidupan dia.
Entahlah kenapa abinya sangat menginginkan Al Qur’an tersebut, meskipun Tya dan kakaknya berencana membelikannya bulan depan, tapi abi ngotot ingin segera memilikinya.
“Dek tya, kak Ima belum punya uang buat beliin Al Qur’annya abi. Bagaimana kalau pake uang adek dulu, baru kalo kakak gajian nti kakak ganti separonya . . .”
Tya mencoba mengerti dengan keadaan finanasial kakaknya,
“Tapi kak, ambil uang di tabungan kakak dulu gimana? Gajianku masih lama, ini aja masih tanggal 20” Gerutu Tya.
Kak Imah mencoba sabar, “Sekarang hari sabtu dek, mana ada bank yg bukanya hari itu?, gini aja kakak janji deh, senin kakak ambil uang di bank” Jelas kak Imah sembari terseyum manis.
“Tapi janji lho kak??!!! Soalnya Tya mau ngejual kalung Tya dulu, apalagi abi terus-terusan nanyain. Tya kan jadi malu ma abi, kebanyakan janji mulu....”
“Subhanalloh . . . syukron ya adek dah ngerti?”.
“Biasa aja lah kak, afwan ya kak? Tya agak maksa”
Hati Tya agak sedikit menggerutu, tapi tidak apa-apalah, yang penting hari senin uangnya sudah diganti sama kakaknya.
Suasana pasar yang becek, tak ia hiraukan. Ia tetap saja berjalan dengan payung birunya menuju toko mas dimana ia membeli kalung itu.
Dia langsung bertransaksi dengan si empunya toko. Tawar menawar mewarnai transaksi itu. Akhirnya kesepakatan pun terjadi, kalung yg dibeli Tya dahulu Rp 350.000 terjual seharga Rp 300.000.
“Alhamdulillah, trima kasih ya Alloh harga turunnya gak banyak. Smg cukup buat beli Al Qur’an” Batin Tya.
Tya langsung bergegas ke toko buku, disana dia melihat-lihat Al Qur’an yang terpajang di rak-rak dengan rapi. Tya yang sedari tadi bingung akhirnya meminta bantuan karyawan toko tersebut.
“Mbak maaf, apa ada Al Qur’an yg lengkap ada tajwid, arti perkata dan tafsirnya?”
Si mbak bergegas mengambilkan al qur’an yang diinginkan Tya, “Ini mbak harganya 250ribu, ini model terbaru lho....” jelas si mbak.
“Oke mbak, saya ambil yang ini. Tolong dibungkus sekalian ya?” pinta Tya.
Si mbak langsung ke kasir, dengan cekatan dia membungkus dg kertas warna hijau bermotif tua itu dg rapi.
Setelah selesai Tya langsung membayarnya dan segera pulang.
Sesampainya dirumah Tya langsung mencari abinya, ternyata abi ada di kamarnya memandangi foto umi.
Dorrr . . .
“Hayoooo . . . abi kangen ya sama umi?hehehehe . . .”
Abi hanya tersenyum, tersipu malu.
“Dari mana nak kok basah-basahan gini?” tanya abi bingung.
Tya langsung memberikan kado ke abinya, dengan tangan gemetar abi langsung membuka bungkusan warna hijau itu.
“Subhanalloh . . . “ Teriak abi bahagia.
“Bi, ini al qur’an khusus buat abi. Dijaga baik2 ya bi? Smg dengan qur’an ini abi bisa mendapat berkah Alloh lebih banyak lagi..”
Abi menangis, memeluk Tya dan berkata, “Tya anak sholeha, abi pasti akan jaga barang berharga ini. Trima kasih nak, smg Alloh membalas kebaikanmu, . . “
Tak terasa air mata Tya ikut menetes, abi langsung segera membaca Al Qur’an itu tak lupa kacamata selalu menyertainya.

Keesokan harinya ketika Tya membangunkan abinya, Tya merasa aneh. Dari kemarin posisi abi tidak berubah, duduk bersila dengan al Qur’an di atas dadanya. Tya membangunkan abinya, menggoyang-goyangkan badannya, tapi abi hanya diam. Tya langsung mengecek nadi, ternyata tidak ada. Langsung saja Tya berteriak meminta tolong, dia berteriak sekencang-kenangnya sampai tetangga2 berlari kerumahnya.
Tya menangis, kak Imahpun ikut menangis ketika salah seorang tetangganya mengatakan jika abinya telah berpulang ke rahmatulloh. Suasana rumah itu sontak berubah hujan air mata, abi Tya yang terkenal kemana2 selalu membawa&membaca Qur’an saku meninggal dengan memeluk Qur’an yang dibelikan Tya kemarin.
Tya langsung memeluk jasad abi, membisikkan “ Abi, Tya dan kak Ima ikhlas melepas abi. Semoga abi syahid, smg abi disana berkumpul dengan hamba2 Alloh yang mulia, smg kita nanti dipertemukan dalam janahNya...”
Sebuah kecupan pelepasan yg haru mendarat di kening abi dengan sejuta rasa gemuruh didada melepas dengan senyuman haru, kini Tya menyadari kenapa abi sangat ngotot menginginkan Al Qur’an tsb.

0 komentar:

Posting Komentar