Bingkisan ini dibuat sebagai bagian dari harapan indah yang kubangun dimana aku berusaha menjadikan AllohSWT selalu menjadi penuntunku, meskipun terkadang bisikan hawa nafsu teruz membayangi. Dan berusaha menjadikan setiap nafas ini syar'i, dimana ridlo Alloh SWT diatas segala-galanya. Semoga semua harapan ini mendapat balasan (keridloan) yang lebih baik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah harapan bagi seorang gadis yang mendambakan menjadi bidadari di bumi dan di surga, dan berusaha menjadikan dirinya bergelar Sholiha. Amin

Persiapan Menjadi Orang Tua

Nuwon pangapunten sa’doronge, mohon maaf sebelumnya, izinkan saya berbagi sedikit tentang ‘secuil’ ilmu yang baru saja saya dapatkan dari tempat belajar saya dan dari sebuah buku yang sangat menarik bagi saya. (sstt….ini buku baru saya beli sepekan yang lalu loh….^_^). “ Sharing” ini saya dedikasikan khusus bagi saya dan juga anda yang akan dan sedang menanti amanah baru : menjadi orangtua. Semoga bisa bermanfaat bagi kita, meskipun sederhana dan alakadarnya. Sok...dibaca atuh yah..kang, teteh, aa’,ade’, mas dan mba yu ne...monggo..^_^.

Konon katanya sebagai orang dewasa kita memiliki 3 peran utama bagi anak-anak di sekitar kita. Ketiga peran tersebut yaitu sebagai guru, sebagai orangtua dan sebagai teman bermain baginya. (Nah...bener kan..udah banyak yang tau..., he..he.., ga’ papa yah diinget lagi).

Mereka yang disebut orangtua adalah ayah kandung atau ibu kandung dari seorang anak. Sedangkan guru seringkali diartikan sebagai pengajar dan pendidik di lingkungan sekolah. Padahal sejatinya orangtua juga merupakan guru bagi anak-anaknya. Karna orangtua dan guru memiliki tugas yang sama yaitu mendidik, mengajar sekaligus melatih kemampuan seorang anak. Dalam hal ini ada 3 bagian kecerdasan anak yang harus diasah baik oleh orangtua maupun guru. 3 aspek kecerdasan itu adalah kecerdasan kognitif (otak), kecerdasan afektif (hati) dan kecerdasan Psikomotorik (tubuh).

Nah, mengajar adalah proses merubah anak dari ’tidak tau’ menjadi ’tau’, sisi kecerdasan yang diasah adalah kognitif (otak) si anak. Klo’ mendidik adalah proses merubah anak dari ’tidak mau’ menjadi ’mau’, sisi kecerdasan yang diasah adalah afektif (hati) si anak. Sedangkan melatih adalah proses merubah anak dari ’tidak bisa’ menjadi ’bisa’, sisi kecerdasan yang diasah adalah psikomotorik (tubuh).

Peran yang terakhir adalah kita sebagai teman bermain bagi anak-anak kita. Bagi anak bermain selain tuntutan naluri juga merupakan pekerjaan yang utama baginya. Karena mereka belajar banyak hal dalam bermain, baik ketrampilan motorik kasar, motorik halus, komunikasi, maupun pengembangan semua sisi multiple intellegence. Orangtua yang kreatif adalah mereka yang dapat menjadikan aktifitas sehari-hari sebagai bagian dari permainan. Menjadi teman bermain untuknya?? Sepertinya sederhana dan bisa dilakukan oleh setiap orangtua. Tapi pada kenyataannya masih banyak orangtua yang menyediakan waktu khusus untuk menemani anaknya bermain, terutama seorang ayah. Karna sebagian besar waktunya untuk bekerja sehingga waktunya dirumah dimaksimalkan untuk melepas lelah baginya. Sehingga seringkali peran orangtua didominansi olegh seorang ibu. Padahal sejatinya seorang ibu dan ayah memiliki peran yang sama dan seimbang.

Menurut Ida Nurlaila dalam bukunya Menyayangi Anak Sepenuh Hati (2008), bahwa seorang pengajar, pendidik sekaligus pelatih bagi anak-anak, harus memiliki karakteristik dasar sebagai berikut :

Ikhlas
Semua amal kita untuk Allah semata. Mendidik anak juga merupakan salah satu amal terbaik. Mendidik anak sebagai amanah Allah dan kita jadikan sebagai anak sholeh untuk menjalankan perintah Alloh dan membela agamaNya. Tanpa mengharapkan pamrih duniawi. Bukan untuk kebesaran dan kemuliaan kita sendiri.

Takwa
Meraih status tertinggi di sisi Alloh dengan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
Ilmu
Kita harus membekali diri dengan ilmu dan ketrampilan. Misalnya dengan mengikuti parenting training, membeli buku-buku pendidikan anak, berlangganan majalah keluarga, dan lain sebagainya.

Penyabar
Kesabaran tidak memiliki batas. Ia mengalir dalam setiap situasi dan keadaan yang segala bentuknya, mulai dari senyuman hingga saatnya harus menghukum anak.
Rasa tanggungjawab
Meliputi tanggung jawab kepada keluarga dan masyarakat serta tanggung jawab kepada Alloh untuk merawat titipsnNya dan menggembalikan kepada Alloh dalam keadaan fitrahnya.

Kasih sayang
Hanya kasih sayang yang membuat seseorang bertahan untuk mencintai anak tanpa henti. Seperti apapun anak kita atau bagaimanapun prilakunya.

Yuk..kita jenguk hati dan diri kita !, Bila ternyata kita belum sepenuhnya memiliki karakter diri sebagi orangtua. Bukankan wajar jika hingga saat ini Alloh belum menghendaki ”hadirnya” di antara kita. Karna kehadirannya bukan hanya sekedar ’meramaikan’ rumah kita kan?? Menurut anda gimana??

0 komentar:

Posting Komentar